Waktu sudah menunjukkan pukul 11 malam WIT saat saya meninggalkan rumah Ian. Tubuhku terasa lemas, lubang pantatku perih namun juga puas setelah bermandikan sperma lima pemuda. Rasa malu dan kenikmatan kini bercampur aduk, menciptakan sebuah konflik batin yang tak berkesudahan. Saya bahkan tidak sempat membersihkan diri dengan sempurna. Aroma sperma kering dan keringat masih melekat di kulitku. ah bagaimana jika aku ketahuan sama bapak-bapak ini. Seharusnya saya pulang, mandi, dan tidur saja. Namun, malam ini adalah jadwal ronda saya. Saya tidak mungkin mangkir. Dengan langkah berat dan hati yang gelisah, saya berjalan menuju pos ronda. Saya hanya mengenakan jubah hitam longgar tanpa dalaman, seperti biasa. Saya berusaha berjalan senormal mungkin, meskipun setiap langkah membuat lubang pantatku terasa sakit dan becek karena ada sedikit sisa sperma yang meluap keluar, membasahi kain jubah bagian belakang. Sesampainya di pos ronda, saya melihat sudah ada beberapa orang yang berkumpul. Ad...