Skip to main content

Ustadz Kampung: Chapter 2. Nobar bok*p

 

Sudah beberapa hari sejak kejadian itu. Dan hal itu bener-bener merubah hidup ku. Aku semakin sering coli entah kenapa aku terus memikirkan kejadian itu. Hasratku benar-benar menguasai ku. Dan tentunya burung ku sering berdiri bahkan tanpa tau tempat.

Seperti saat ini saat saya sedang khotbah jumat. Awalnya semua berjalan lancar tapi tiba-tiba kontol ku nganceng. Aku berusaha memperbaiki posisinya agar saat turun dari mimbar tidak terlalu kentara kalau burung saya sedang berdiri.

Lisan ku terus berucap, sedangkan tanganku berusaha memperbaiki posisi burung ku. Sangat sulit, apalagi jubah panjang yang sedang ku kenakan saat ini menyulitkan posisinya.

Aku sangat bersyukur mimbar ini di buat tinggi dan terdapat pintu di mimbar tersebut. Yang membuat orang yang melihat hanya dapat fokus dari dada hingga ke kepala ku saja.

Setelah di rasa telah aman aku terus melanjutkan khotbah ku seakan tidak terjadi apa-apa.

Di antara puluhan jamaah ada satu yang menarik, ya itu bagas dia sedang memperhatikan ku. Saat sedang berkhotbah. Jujur aku meresa sedikit malu apalagi aku dan dia telah saling menunjukkan barang pribadi kami.

Alhamdulillah semua berjalan lancar, saat mesjid mulai sepi aku mulai izin pamit kepada marbot mesjid.

"Ustadz" Panggil seseorang yang ku kenal suaranya.

"Eh Bagas Belum balik?" Tanya ku.

"Belum, nunggu ustadz" Jawabannya.

"Nunggu saya untuk apa?"

"Gapapa sih biar balik sama-sama"

"Owh ia udah"

"Gimana ustadz tutorial yang aku kasih ke ustadz?"

"Tutorial?" Jawabku pura-pura tidak tau.

"Ituloh coli" jawabnya pelan.

"Owh itu ya alhamdulillah kadang sering ku pake" Jawabku jujur. Coli benar-benar berguna saat istriku tidak dapat menyalurkan hasratku.

"Syukur deh kalau gitu"

"Ustadz saya mau coli bareng ustadz lagi boleh?" Aku terkaget dengan keberanian bagas. Aku saja masih merasa malu melakukannya. Tapi kontol ku yang dari tadi dah nganceng membuat ku sedikit kangen dengan kegiatan kita waktu itu.

"Tapi di rumah ustadz ada istri ustadz" Jawabku karena memang biasanya istriku saat hari jumat sedang tidak berjualan.

"Kalau gitu di rumah ku saja gimana?" Tanya bagas lagi.

"Emang gak keganggu sama orang tua mu?"

"Orang tua ku sekarang lagi keluar, besok baru balik. Soalnya sodara mama sedang berduka" Jawabnya menjelaskan.

Aku tidak mengiyakan, aku hanya memilih untuk diam saja. Entah kenapa hati ku mengatakan untuk jangan lakukan, tapi kontolku mengatakan tidak apa-apa.

"Bolehkan ustadz? Ayoklah ada sesuatu yang aku pengen tunjukin" Bujuk bagas membuat ku penasaran.

"Nunjukin apa?"

"Adalah pokoknya" Akhirnya rasa penasaran ku membuat ku memilih untuk mengikutinya. Sepertinya aku juga ingin melakukan itu. Coli bareng bagas.

"Ayok masuk ustadz" Seru bagas.

Rumah bagas hampir mirip dengan rumah ku. Tidak terlalu besar, kemudian dia membawa ku ke dalam ruang keluarganya. Disini terdapat tv, juga karpet dan bantal,

"Tunggu sebentar ustadz" Serunya memerintahkan ku menunggu kemudian dia masuk ke sebuah kamar. Entah itu kamar siapa, saat keluar dia membawa banyak kaset. Bagas juga sudah berganti pakaian, memakai kaos dan celana pendek bola. Aku dapat melihat kalau dia sudah nganceng.

"Itu apa?" Tanya ku penasaran.

"Ini bokep" Jawabnya. Sambil menunjukkan kaset bokep yang sangat banyak itu

"Astaghfirullah gak perlu pakai itu segala" Seruku.

"Gapapa biar makin enak ustadz percaya deh" Jelas bagas sambil, kemudian dia mulai memasukan kaset tersebut untuk di putar.

Setelah semuanya siap dia duduk di sebelah ku, kami berdua duduk bersandar ditembok sambil menonton flim yang di putarnya. Ini pertama kali aku menonton bokep. Aku hanya pernah melihat wanita telanjang ya itu istri ku saja.

Flim diputar dan menampakkan dua pria dan satu wanita yang sedang makan. Kemudian adengan vulgar dimulai saat sendok wanita jatuh dan berpura-pura mengambilnya tapi dia berjalan ke arah pria di depannya sambil meramas celana pria itu.

"Astghfirullah" Ucap ku seketika.

"Haha gimana ustadz serukan" Sru bagas.

"Kontol ustadz udah nganceng tuh"

"Punya mu juga" Jawab ku.

"Jadi mau kita mulai ngocoknya? Tanya dia.

Tapi aku tidak merespons karena aku sedang terpaku dengan adengan di tv.

Saat ku lirik bagas ternyata mulai membuka satu persatu pakaian nya. Mulai dari celana, hingga baju kaosnya lalu melemparkannya ke sudut ruangan.

Kini bagas sudah duduk bersandar dengan tubuh yang sudah telanjang bulat. Tangannya mulai mengocok kontolnya jembutnya terlihat lebat, seperti sengaja dipelihara untuk riasan kontolnya.

"Ustadz juga, ayok buka" Ajaknya pada ku.

"Ah ia bentar"

Aku mulai membuka jubah ku, lalu baju kaos putih serta celana pendek yang aku kenakan. Ah kini aku juga sudah bertelanjang bulat dan duduk di sebelahnya.

Aku duduk sambil menatap desahan dari bokep yang di putar. Sambil memelintir kedua puting ku.

"Stttsss ahhh" Desah ku.

"Kontol ustadz benar-benar besar ustadz" Seru bagas yang seakan terpukau dengan kontol ku.

"Bulu ustadz lebat banget sampe ke pusar-pusar"

Memang benar bahwa jembut ku lebih tebal darinya buluku menjalar hingga ke pusat.

Aku tidak menghiraukan perkataan bbagas entah kenapa aku fokus dengan bokep di tv.

"stsss akhhh" desah ku saat tau ternyata bagas telah mengocok kontol ku.

"Ustadz kocok punya ku juga" Pintahnya. Jujur ini pertama kali ada yang memegang kontol ku selain istri. Ini juga pertama kali aku mengocok kontol orang lain selain punya ku sendiri. Entah kenapa itu terasa sangat nikmat, kontol yang di kocokin dengan kedua puting yang di pelintir.

"Stsss akhhhh anjing enak banget tangan ustadz" Desah bagas keenakan.

"Stsss akhh tangan mu juga enak gas" Desah ku keenakan. Rungan tengah ini benar-benar terdengar berisik dengan desahan kita berdua. Di tambah bokep dari tv.

"Stsss akhhh ustadz jangan cepat-cepat ustadz nanti aku keluar" Racaunya saat aku yang sudah di kuasai setan mulai mempercepat kocokan ku. Entah kenapa semakin di kocok desahan bagas semakin enak di dengar.

"Stsss akhhh stsss anjing enak banget ahh anjing ahhhk anjing ustadz ahkkk" Racaunya semakin menggila bahkan suaranya lebih besar dari suara bokep di tv.

Untung saja rumah di kampung ini sering berjauh-jauhan. Kalau tidak bisa habis kita di pergok tetangga.

"Akh ustadz aku gak tahan lagi ustadz ahhhhh aku keluar stss ahkkkk"

"Crottt Croottt Crottt"

Bagas mengeliat sejadi-jadinya, spermanya muncrat ke segala arah bahkan beberapa mengenai ku.

Aku dapat merasakan nafas bagas terengah-engah.

"Jirr ustadz enak banget"

"Sini ku bantu kocokin"

"Akhhh stsss Akhhh" desah ku saat tangan bagas mengocok kontolku.

Benar-benar terasa nikamat, bahkan ini lebih nikmat dari pada ngocok dengan tangan sendiri.

Bagas berada di depan ku dengan tangannya membantu mengocok kontol ku.

"Akhhh stsss apa yang kamu lakukan" Desah ku saat aku kaget melihat bagas yang sekarang sedang mengulum kontol ku.

"Stsss akhhh bagas hentikan bagas" Seru ku memerintakan bagas untuk berenti. Jujur rasanya sangat geli dan enakkk lidahnya menyentuh lembut kontol ku.

Ah ini pertama kali kontol ku di isap, rasanya sangat nikmat.

"Enakan ustadz?" Tanya bagas. Sambil tersenyum. Aku tidak dapat menjawab pertanyaan itu karena sejujurnya ini terasa aneh.

"Nikmatin aja ustadz" Seru bagas dan lanjut mengisap kontol ku.

"Akhhh sttsss ba bagass te terus bagas" Seru ku keenakan.
Bahkan kini aku sudah menjambak rambutnya agar dia tidak dapat melepasnya.

"Stsss akhhh bagas saya keluar bagas!!!??"
Mendengar itu bagas buru-buru melepaskan kontol ku dari mulutnya dan mengocoknya dengan cepat dengan wajahnya masih berada di sebelah kontolku dengan wajah yang menatap pada ku.

"Akhhhhh enak" Badanku mengejang hebat dan...

"CROTTT CROTTT CROTTT" Sperma ku muncrat sangat banyak bahkan menmbaki wajah ku sangat perih saat sperma terkena mata ku. Sebagaian terkena perut ku. Dan wajah bagas juga benar-benar terkena sperma ku.

"Hehe banyak banget, kita bermandikan sperma" ucapnya bercanda pada ku.

Nafas ku masih Terengah-engah.
Kami berdiam sejenak. Sambil bersandar pada tembok dengan flim bokep yang masih menanyangkan adengan seks di tv. Ruangan kembali hening, kecuali desah-desah dari bokep tersebut.

"Mandi bareng yuk tadz" Ajak bagas

"Boleh dah lengket juga saya" Jawab ku menerima ajakannya.

Kami berdua masuk kedalam dalam keadaan telanjang bulat, kami mulai menyiram tubuh kami dengan air dan memakai sabun.

"Ustadz nganceng lagi" Aku kepergok olehnya saat kontolku mulai nganceng kembali. Ingatan tentang dia Mengisapku benar-benar membuat ku berdiri kembali.

"Maaf keinget adengan tadi" Seru ku.

"Ya udah sini bentar ku bantu" Jawab bagas yang langsung berjongkok sambil mengisap kontol ku.
Ah nikmatnya.

Kini aku memaju mundurkan pinggulku seakan sedang ngentot.

Klok klok klok

Bunyi kuluman bagas. Wah benar luar biasa. Hampir 10 menit kita melakukan hal itu.  Hingga akhirnya aku tidak tahan lagi.

"Stsss akhhh bagas saya keluar, lepas dulu gasss ahhkkk stssss"

Crott Crotttt Crotttt  sperma ku tumpah semuanya di mulut bagas. Luar biasa anak ini menelan semuanya.

"Kamu telan?"

"Hehe sperma ustadz enak" Jawabnya sambil cengengesan.

Setelah semuanya beres, aku berpamitan pada bagas.

"Terimakasih ustadz karena mau mampir" Ucapnya.

"Terimakasih kembali udah bikin saya keluar dua kali"

"Hehe kalau ustadz nginap mungkin bisa keluar lebih"

"Haha baiklah, kalau gitu saya pamit dulu. Assalamualaikum"

"Waalaikumsalam ustadz"


To Be Continue


Comments

Popular posts from this blog

Ustadz Kampung: Chapter 8. Rumah Kosong

Malam ini, bulan sabit tipis menggantung di langit, cahayanya nyaris tak menembus pekatnya kegelapan di sudut kampung. Udara dingin mulai merasuk, menusuk tulang. Saya memutuskan untuk berjalan-jalan sendirian, mencari udara segar sekaligus mencoba menenangkan pikiran yang terus-menerus digerayangi bayangan orang-orang dan dosa manis yang kami bagi. Rasanya seperti ada kekosongan yang terus menuntut untuk diisi, sebuah gairah yang tak pernah padam. Dildo yang biasa saya pakai sengaja saya tinggalkan di rumah tentu saja di tempat yang aman, karena malam ini, entah kenapa tidak ingin mengenakannya.  Saat saya berjalan menyusuri jalan setapak yang sepi, sebuah bayangan muncul dari balik pohon mangga tua. Seorang pria melangkah keluar dari kegelapan. Itu Ian. Saya mengenalnya. Ian adalah salah satu pemuda kampung yang jarang terlihat di masjid, tapi sering terlihat nongkrong di warung kopi. Umurnya sekitar 25 tahun, lebih muda dari saya, dengan tubuh yang kurus namun atletis, rambutnya...

Ustadz Kampung: Chapter 7. Ustadz firman

Sudah beberapa hari sejak kejadian mendebarkan di rumah Ustadz Firman. Sejak itu, saya dan Ustadz Firman jarang sekali berinteraksi. Dia masih terlihat menghindar, namun kali ini, ada sesuatu yang berbeda. Ada semacam kerinduan yang samar di matanya setiap kali kami berpapasan, sebuah tarikan tak terlihat yang kami berdua rasakan. Saya tahu, ia pasti kepikiran tentang kejadian itu karena hampir ketahuan membuat hasrat kita tertunda, itu kenikmatan yang terlarang namun begitu memabukkan baginya. Saya juga merasakan hal yang sama. Setiap kali istri saya pergi berjualan atau tidur, bayangan tubuh Ustadz Firman, desahannya, dan sentuhannya kembali menghantui terutama kontolnya.  Pagi itu, istri saya pamit untuk pergi ke pasar. Dia bilang akan pulang menjelang sore. Artinya, rumah akan kosong. Saya memutuskan untuk menghabiskan waktu dengan membaca kitab di ruang tamu, mencoba menenangkan diri. Namun, pikiran saya terus-menerus melayang pada Ustadz Firman. Tidak lama setelah istri saya ...

Fikri Pemuda Kampung: Chapter 1. Posisi 69

Desa Mandiri, dengan udara pegunungan yang sejuk dan rumah-rumah kayu yang berjejer rapi, selalu menjadi tempat yang tenang bagiku. Usia 31 tahun, duda tanpa anak. Istriku tak sanggup dengan kehidupan desa yang pas-pasan, membuatnya memilih bercerai. Padahal, untuk penampilan aku tergolong tampan, sering jadi incaran wanita, badan bagus, tinggi, alis tebal. Semua orang terpana dengan penampilanku. Tapi, tampan saja sepertinya tak cukup, karena rumah tangga butuh uang. Sejak bercerai, aku memilih tak lagi memikirkan cinta. Sore itu, aku berjalan santai menuju rumah Rian, sahabatku sejak kecil. Rian, setahun lebih muda dariku, punya aura lebih berani dan sedikit nakal, kontras dengan sifatku yang cenderung kalem. Kami sering menghabiskan waktu bersama, entah main bola di lapangan desa, memancing di sungai, atau sekadar ngobrol ngalor-ngidul di teras rumah Rian. Namun, sore ini, obrolan kami akan membawa kami ke wilayah yang belum pernah kujelajahi. "Assalamu'alaikum, Yan!" ...