Entah kenapa dua orang ini selalu muncul di depan wajah ku, ya siapa lagi kalau bukan agus dan darmi. mereka selalu saja muncul, saat mau sholat mereka berdua selalu berada di samping ku. Saat aku lagi di perpus, kantin, musholah. Selalu saja ada mereka.
Kalau agus aku masih menganggap wajar, karena kita teman sekamar. Tapi yang satu ini? Apaan coba. Tiba-tiba dia sering banget dateng ke kamar kami.
"Aku heran sama kalian berdua kemana aku pergi pasti ada aja muka kalian berdua" Seru ku pada mereka.
"Ya kalau aku sih masih wajah san, aku kan Sahabat mu. Nah kalau kamu dar?" Tanya agus pada darmi.
"Salah kah kalau aku bareng kalian? Kamu terganggu sama aku san?" Seru darmi.
"Ha? Ah kagak kok, cuman aneh aja" Seru ku akhirnya. Jujur saja dua orang ini yang membuat ku Canggung. Bagaimana enggak dua orang ini orang yang pernah berzina bareng aku.
Akhirnya aku menyerah dan membiarkan mereka berdua mengikuti ku. Walau kami lebih banyak diamnya dari pada ngobrol. Ya apa yang harus diobrolin sama dua orang ini. Aku canggung.
"Ah aku lapar" Seru ku. Saat mengetahui kalau aku belum sarapan.
"Kamu mau makan apa? Biar aku beliin" Seru agus semangat.
"Hah? Kamu yakin?" Tanya ku memastikan.
"Yakin lah, apaan cepet sebelum bell masuk" Ucap agus.
"Nasi goreng aja deh" Seru ku.
"Aku mau rokok yah" Timpal darmi lagi.
"Gak ada uang ku cukup buat nasi goreng aja" Seru agus.
"Ya udah pake uang ku" Seru darmi.
"Gak beli aja sendiri, kek gak punya kaki aja" Ucap agus. Yang langsung pergi.
Jujur sebenarnya, di pasantren kita tuh ada jadwal makan setiap harinya. Pagi jam 9 saat jam istirahat. Jam 1.30 siang saat selesai dzuhur dan jam 7 saat selesai magrib. Hanya saja ya itu, makanan yang disajikan tuh kek hambar.
Makanya banyak anak-anak yang lebih milih untuk jajan di kantin. Walau sebenarnya bukan kek kantin sih. Lebih mirip rumah makan, yang menjual makanan sama jajan jajanan.
Ah ia, kepergian agus membuat saat ini hanya ada darmi dan aku saja berdua. Ah makin canggung lagi. Apalagi saat teringat aku ngulum kontolnya.
"San? Iksan?" Panggil darmi.
"Ah ya, ada apa?" Tanya ku kaget.
"Bengong aja kamu" Serunya.
"Maaf"
"Lagi mikirin apa? Sih. Ah lagi mikirin itu yah?" Seru darmi dengan senyum menggoda ku.
"Hah apaan ? Apaan ka kagak" Jawab ku mengelak.
"Gimana rasa punya ku? Puas kan" Serunya. Menggoda ku.
"Huss nanti ada yang denger" Ucap ku panik.
"Gimana rasanya punya ku?" Bisiknya di telinga ku.
"Hmm rasanya aneh" Jawab ku jujur. Karena memang aneh rasanya.
"Tapi waktu itu, kamu isep sampe airnya pun di telen" Serunya.
"Gila kamu darmi, berhenti menggoda ku" Jawab ku pura-pura mengancam.
"Gak aku gak mau stop menggoda mu. Sampe kamu mahir. Waktu itu kamu belum jago ngisepnya. Masih kena gigi. Kontol ku jadi ngilu" Serunya.
"Ya itu karna punya aja yang kegedean, mulut ku kecil gini harus di paksa masukin yang jombo jombo" Seru ku.
"Hehe makasih pujiannya" Ucap darmi merasa bangga.
"Dih" Seru ku.
"Btw kamu deket banget yah sama agus? Kalian pacaran?" Tanya darmi.
"Enggak, kenapa emang?"
"Soalnya dia keknya suka sama kamu" Seru darmi.
"Hah? Perasaan kamu aja kali. Si agus mah emang prangnya gitu. Dari dulu juga" Jelasku.
"Owh berarti kalian gak ada hubungan spesial?" Tanya darmi.
"Kagak" Tekan ku.
"Owh baguslah aku jadi punya kesempatan" Seru darmi.
"kesempatan apa?" Tanya ku penasaran.
"Jadi pacar kamu" Seru darmi.
"Apaan najis" Seru ku.
"Hehe aku yakin suatu saat nanti kamu bakal jadi pacar aku" Serunya.
"KKepedean banget kamu" Ejek ku.
"Ya pede lah, aku ganteng gini"
"Ia deh ia si paling ganteng" Seruku. Dengan penekanan.
"Kontol ku juga gede" Astaga dia ini bener-bener sudah gila. Pengen ku tampar mulutnya. Tapi ku tahan-tahan. Walau sebenarnya yang dia bilang itu fakta.
"Ia deh ia si paling gede" Seru ku ngeledek.
Dia tertawa sejadi-jadinya. Aku dapat melihat rawut wajahnya saat tertawa. Ah ternyata kalau dia tertawa seperti itu. Lesungnya pipinya keliatan walau agak samar.
"Darrrr darrr oyyyy" Teriak sebuah suara dari kejauhan. Suara itu membuat kami berdua memandang ke arah sumber suara tersebut. Terlihat dua orang pria yang sedang berjalan mendekat kearah kami. Itu adalah, yanto dan handi. Dua temen dari gengnya si darmi.
"Di cariin dari tadi gak ketemu-ketemu" Seru handi.
"Ganggu aja kalian" Seru darmi yang terlihat ngambek.
"Ayok katanya jam istirahat mau ngerokok" Seru yanto padanya.
"Nanti aja dah, kalian ganggu aja" Seru darmi. Membuat yanto dan handi kaget. Karena pasalnya yang menyebutlan ini adalah darmi.
"Astaghfirullahalazim seorang darmi tolak rokok? Makhluk yang tidak bisa berhenti soal rokok" Seru handi yang terlihat sangat shock.
"Bentar aku panggil ustadz zul!" Seru yanto.
"Hah buat apa?" Tanya ku padanya.
"Ya apalagi coba, mau minta tolong rukiyah nih anak" Seru yanto sambil menunjuk pada darmi.
"Bener yan, fiks iblis ini" Seru handi.
"Ya elah setan aja najis mau dekat dekat nih makhluk" Seru ku tertawa.
"Ha bener juga kamu san" Seru yanto. Yang langsung mendapat pukulan dari darmi. "Awww. Nahkan dah ku bilang apa" Seru yanto.
"Udahlah, kalian berisik" Ucap darmi yang langsung menarik mereka berdua pergi.
"Nanti lagi yah san" Serunya pergi sambil mengedipkan sebelah matanya. Wah jika itu di liat oleh para santriwati. Fiks langsung klepek-klepek pasti mereka.
Aku duduk menunggu sendirian di sini, tidak lama kemudian ada aku melihat sosok yang sedang datang menghampiri ku. Itu adalah agus, di tangannya dia sebuah kresek hitam. Sepertinya itu pesanan ku.
"Nih nasi mu" Seru agus. Memberikan makanan yang dia bawa.
"Wah akhirnya, 10rb kan? Bentar aku ganti" Seru ku.
"Gak usah, aku iklas kok" Seru agus
"Loh jangan, nanti aku gak enak" Jawab ku
"Ya udah kalau kamu maksa" Serunya.
"Nah gitu" Seru ku padanya. Saat aku sedang mangambil uang di saku celana ku. Tiba-tiba agus nyeletuk.
"Jangan ganti pake uang" Serunya.
"Hah maksudnya? Kalau gak make uang lalu pake apa?" Tanya ku keheranan.
"Temenin aku coli aja" Serunya sedikit memelankan suaranya. Astaga bisa-bisanya 10rb dia minta malah ngocok.
"Ka kapan?" Tanya ku sedikit Canggung.
"Nanti malam aja" Serunya.
"Hmm ia udah" Seru ku. Jujur saja, permintaannya itu membuat ku sedikit kepikiran. Rasanya memikirkan waktu untuk malam tiba. Sedikit membuat ku deg degkan. Apalagi ingatan saat aku menyentuh kontolnya.
"Btw kamu sendiri? Mana darmi?" Tanya agus membuyarkan lamunan ku.
"Eh ta tadi temen-temennya datang terus dia pergi" Seru ku.
"Baguslah" Serunya.
"Kamu ada masalah sama dia?" Tanya ku penasaran.
"Enggak kok" Jawabnya singkat.
"Terus apa?" Tanya ku makin penasaran.
"Itu karena dia deket sama kamu" Serunya.
"Hah? Dari dulu aku emang deket kok sama dia" Jawab ku.
"Udalah gak suka di bahas lagi" Seru agus. Wajahnya menunjukkan kalau dia sepertinya tidak menyukai darmi. Emang sih darmi itu nakal, tapi menurut ku dia gak jahat kok. Dan lagi kita juga sebenarnya dekat sama si darmi. Soalnya dari dulu kita sering nongkrong bareng. Walaupun gak ikut kenakalannya, bahkan si wardi yang makhluk alim itu yang sekamar dengan ku saja masih bergaul sama darmi. Dan di anatara kita yang paling sering bergaul sama darmi itu dia. Makanya aneh banget kalau agus bilang gak suka.
Tring tring tring.
Bunyi bel sekolah. Menandakan waktu istirahat telah selesai.
"Astaga dah masuk aja, mana aku belum sempat makan ini lagi"
"Ya udah nanti di makannya pas istirahat ke dua aja" Ujarnya.
"Ya udah deh, kalau gitu yuk masuk ke kelas" Ajak ku pada agus. Agus hanya menjawab dengan anggukan kepala seakan dia menjawab ayok
Akhirnya aku dan agus berjalan kembali menuju kelas kami.
Malam harinya. Jujur saja, aku masih memikirkan hal tersebut tentang ajakan agus untuk coli bareng. Hanya saja sepertinya takdir berkata lain. Hari ini jadwal kami sibuk banget. Sore harinya kami berdua sedang menyetor hafalan, tapi karena aku dan agus terlambat jadi kami harus menyetornya saat selesai magrib. Tapi tanpa kita sadari ternyata abis isya kami para santri harus datang berkumpul untuk mendengarkan khultum dan itu lama banget. Bahkan kita selesainya saja sudah jam 10 malam.
Aku dan teman-teman yang lain sudah merasa sangat kelelahan. Bahkan sekarang agus tidak mengatakan apa-apa. Jadi kupikir hari ini tidak jadi.
Alhasil, setelah selesai kami pergi ke kamar kami dan tidur. Tepat pukul 11 malam semua teman ku sudah tidur, bahkan agus pun sudah tidur. Akhirnya aku juga memilih untuk tidur. Tapi tetap saja rasanya tuh aneh karena aku kepikiran banget.
Tiba-tiba ada yang menepuk-nepuk ku saat aku sedang memejamkan mata.
"A.. " Seru ku terpotong saat tiba-tiba agus menutup mulut ku.
"Stssss diam nanti yang lain bangun" Serunya. Akhirnya aku mengangguk menandakan bahwa aku mengerti.
Agus menarik ku ke luar kamar. Menutup pintu dengan sangat pelan. Dia membawa ku ke belakang asrama. Nah di belakang asrama ini tuh ada sebuah bak mandi besar, dengan 10 bilik-bilik toilet.
Kami masuk di dalam salah satu bilik toilet, kamar mandi disini tuh lumayan tidak sempit. Bahkan masih bisa memuat 3 orang di dalamnya.
Aku memandang agus, wajahnya sudah terlihat sedikit menegang, seakan dia sudah tidak sabar akan memulainya.
"Gimana kalau ketahuan?" Tanya ku.
"Asal jangan berisik makanya" Serunya.
Agus kemudian mulai membuka baju dan celananya hingga telanjang bulat. Menampakkan butuhnya dengan kontol yang sudah nganceng.
Aku pun melakukan yang sama. Kita berdua telanjang bulat dengan kontol yang telah nganceng.
Aku hanya bisa menelan ludah. Kontolnya memang tidak sebesar Darmi, tapi ukurannya sangat pas di tanganku,
"San, bantu aku..." bisiknya, suaranya serak.
Aku mengangguk. Aku mendekat dan berlutut di depannya. Aroma sabun dan sedikit keringat menguar dari tubuhnya yang telanjang. Kontolnya sudah berdiri tegak, memandang ke atas, seakan memanggilku.
Aku mengulurkan tangan. Perlahan, ku genggam pangkal kontolnya, lalu ku mulai mengurutnya dari pangkal hingga kepala. Kulitnya terasa halus dan hangat di telingku.
"Ahhhh stssss... Iksan..." Agus mendesah pelan, menutup matanya dan mendongakkan kepala ke atas.
Aku mempercepat urutanku. Tanganku bergerak naik turun, membelai setiap inci panjang kontolnya. Kepala kontolnya mulai mengeluarkan sedikit cairan bening, membasahi tanganku dan membuat gerakan mengurutku semakin lancar. Aku merasa hatiku berdebar kencang, takut ada yang mendengar atau melihat kami, namun sensasi memegang kontol Agus membuatku sulit untuk berhenti.
Pandangan kontol di depan ku benar-benar sangat menggairahkan. Kepala kontolnya yang merah keunguan terlihat sangat lezat. Entah kenapa aku ingin merasakan kontolnya di dalam mulut ku.
"Akhhhh iksan? Apa yang stssss ohhhh.... " Desahannya kaget saat aku memasukan kontolnya ke dalam mulut ku. Ah asin gurih. Ini terasa nikmat saat aku mengulum kontol darmi. Lezat, ini sangat lezat.
Aku mengulum kontolnya dengan seksama membuatnya basah,
"Stsss akhhh iksan ee enakk" Desahnya pelan sambil menggenggam kepala ku agar terus stay mengisap kontolnya.
Klok Klok Klok
Bunyi hisapan menghiasi kamar mandi, sepertinya saat ini kita tidak lagi peduli akan ketahuan. Karena nafsu benar-benar telah menguasai kita berdua.
Agus terus mendesah dan sesekali menggigit bibir bawahnya menahan suara. Ia meraih kepalaku, mempercepat gerakanku, seolah tidak sabar. Dia memaju mundur kepalanya seakan sedang mengentot.
"Lebih cepat, San... terus... Akhhh stssss eenakkk..."
Aku menurut. Gerakan mulutku kini semakin cepat dan bertenaga. Kontolnya terasa semakin kencang, urat-uratnya menonjol, dan kepalanya berwarna merah keunguan.
Enak rasa kontol benar-benar enak, asin, gurih manis, bau khasnya membuat ku semakin bernafsu.
Agus mencengkeram bahuku. Napasnya terengah-engah.
"Akhhh stssss Aku... aku mau crot san..." seru agus yang langsung menarik kepala ku dalam hingga mentok. Membuat ku sulit bernafas .
CROOOTTT CROTT CROTT
Semburan hangat air mani, tumpah semua ke dalam mulut ku. Rasa aku ingin muntah, tapi aku berusaha sekuat tenaga menelan spermanya. Walau tentu saja sebagian ku ludah. Rasanya asin, amis.
Agus menarik nafas berat, seakan kelelahan. Terlihat dari senyumnya bahwa dia merasa sangat puas.
Cup
Sebuah kecupan di berikan olehnya untuk ku. Bukan hanya kecupan. Tapi mulatan juga. Membuat ku membalasnya. Kini aku bisa merasakan lidahnya agus, entah kenapa air liurnya terasa sangat nikmat.
"Balik?" Serunya. Membuat ku mengangguk setuju.
Karena semakin lama kita keluar semakin mencurigakan kita. Akhirnya aku dan agus berpakaian dengan rapi seperti semula. Lalu beranjak keluar dari kamar mandi dengan pelan. Untung saja di luar sepi. Mungkin karena ini juga jam tidur.
Bahkan saat kita masuk ke asrama pun. Yang lain telah tertidur dengan puas.
To Be Continue......

Mantep Thor, Rajin Rajin ya update nya heheh
ReplyDeleteDuh ceritanya bikin nagih
ReplyDelete